Panduan Budidaya Pohon Penghasil Gaharu (Ppg)
Budidaya pohon penghasil gaharu (PPG) sanggup menjadi investasi yang sangat menguntungkan. Gaharu sendiri merupakan istilah yang merujuk pada mengerasnya batang pohon menjadi gubal yang berwarna cokelat kehitaman dan berbau harum ketika dibakar. Kini ada sekitar 27 spesies tumbuhan yang sanggup dijadikan sebagai PPG. Khusus di Indonesia, jenis PPG yang paling manis ialah Aquilaria malaccensis alasannya termasuk tumbuhan endemik sehingga simpel ditanam dan harganya pun mahal.
Proses pembentukan gaharu pada batang PPG dilakukan oleh jamur atau cendawan. Proses tersebut sanggup terjadi secara alami maupun buatan dengan dukungan manusia. Petani biasanya melaksanakan inokulasi dengan menyuntikkan spora jamur fusarium sp. Sebelumnya batang pohon haru dibor terlebih dahulu untuk membentuk lubang. Kemudian cairan inokulan diinfuskan melalui lubang tadi. Setiap tumbuhan setidaknya membutuhkan cairan inokulan sekitar 3-5 liter. Adapun harga cairan ini mulai dari Rp 400 ribu hingga Rp 700 ribu.
Peringatan : Petani yang akan membudidayakan pohon penghasil gaharu di Indonesia wajib memiliki izin dari pemerintah. Anda sanggup mengurus perizinan tersebut secara gratis di dishutbun setempat, baik atas nama langsung maupun asosiasi kelompok petani.
Pembibitan
Bibit pohon penghasil gaharu sanggup Anda beli secara online di tokotanaman.com. Harganya bervariasi mulai dari Rp 15 ribu hingga Rp 50 ribu tergantung tingginya. Bibit ini sudah dalam kondisi yang siap untuk dibudidayakan. Namun alangkah baiknya begitu bibit telah tiba, Anda membiarkannya tetap di dalam polybag terlebih dahulu selama 7-10 hari biar bibit sanggup beradaptasi. Bibit sanggup Anda pindahkan ke lahan apabila telah menghasilkan tunas daun yang baru.
Penanaman
Anda perlu menyiapkan lubang tanam terlebih dahulu yang idealnya berukuran 5 x 6 meter. Namun alasannya PPG bukanlah tumbuhan yang dibutuhkan balok kayunya ibarat jati, sengon, atau jebon, maka Anda sanggup merapatkan ukuran lubang tanam tersebut hingga 3 x 3 meter. Lubang yang telah terbentuk selanjutnya ditaburi pupuk sangkar supaya subur. Barulah kemudian Anda sanggup menanamkan bibit PPG ke dalam lubang tanam tadi. Adapun waktu yang paling baik untuk menanam bibit PPG yaitu pagi hari sebelum jam sembilan.
Pemeliharaan
Budidaya tumbuhan penghasil gaharu tidaklah terlalu sulit. Prinsipnya sama ibarat pohon-pohon penghasil kayu hutan yang lain. Penyakit juga relatif tidak mengakibatkan efek yang serius. Hama yang harus diwaspadai ialah kutu putih yang biasa menyerang tumbuhan muda pada ekspresi dominan kemarau serta ulat daun yang menyerang tumbuhan dewasa. Hama dan penyakit tersebut sanggup dikendalikan secara biologis maupun kimiawi.
Pohon penghasil gaharu sanggup ditanam bersama-sama dengan tumbuhan lain untuk memaksimalkan penggunaan lahan. Jenis tumbuhan yang paling baik sebagai tumpang sari PPG yaitu singkong dan pisang. Kedua jenis tumbuhan tersebut dipilih alasannya sanggup mengundang kedatangan jamur Fusarium sp. sehingga dibutuhkan terjadi proses inokulasi secara alami. Agen lain yang kerap membawa jamur ini yaitu semut. Untuk mengundang semut berdatangan, petani biasanya mengebor batang PPG memakai mata bor 3-5 mm dengan kedalaman sepertiga dari diameter batang, kemudian memasukkan gula atau jus tomat ke dalamnya.
Inokulasi
PPG yang telah berumur 5 tahun atau diameter batang bawahnya minimal 15 cm sudah sanggup diberikan cairan inokulan. Dosisnya harus sesuai anjuran, jangan terlalu sedikit atau kebanyakan. Proses ini sebaiknya dilakukan sebanyak dua tahap dengan selang waktu 5-6 bulan. Apabila sesudah dilakukan inokulasi pertama kemudian mengakibatkan daun berguguran kemudian tumbuh kembali, maka inokulasi tahap kedua sanggup segera dipaksakan. Inokulasi sanggup dikatakan berhasil kalau dalam waktu 60 hari semenjak dilakukannya inokulasi kedua kayu yang disuntik terlihat berwarna kuning kecokelatan dan berbau harum ketika dibakar.
Pemanenan
Pohon penghasil gaharu bantu-membantu tidak hanya menghasilkan gaharu saja, tetapi masih ada hasil lainnya ibarat kemedangan, debu gaharu, dan kayu tetelan. Kemedangan/medang ialah karas gaharu yang setengah jadi dan baunya agak harum. Abu gaharu yaitu pecahan dari gergajian gaharu. Sedangkan kayu tetelan yakni kayu berukuran kecil yang merupakan sisa dari pemisahan antara gaharu dengan kayu. Produsen biasanya mengolah debu gaharu dan kayu tetelan menjadi minyak gaharu.