Bahaya Ancaman Ekspresi Lidah
BAHAYA BAHAYA LISAN LIDAH
1. MENGEJEK DAN MENGHINA
Mengejek dan menghina orang lain merupakan permulaan dari pertengkaran, kemarahan dan putusnya kekerabatan persahabatan. Jika ada orang yang mengolok olok orang lain , maka sebaiknya jangan di layani dan pergilah dari kelompok mereka atau pembicaraan beralih pada tema lain. Jadilah dirimu bila bertemu dengan pembicaraan kosong, mereka berlalu meninggalkannya dengan penuh kemuliaan demi menghargai dirinya sendiri dari tindakan merendahkan kebijaksanaan pekerti lantaran saling mengejek dan menghina antar sesama manusia.
Tiada sanggup menolong dirimu akan hal itu selain uzlah memisahkan diri atau selalu berdiam kecuali sangat perlu. Abu Bakar sendiri berusaha untuk tidak berbicara kecuali sangat di perlukan dengan jalan memasukan kerikil dalam mulutnya seraya berkata, “ Lidah lisan mendatangkan padaku kemuliaan, maka peliharalah lisanmu, lantaran lisan pengecap sanggup juga mendatangkan kecelakaanmu kesengsaraanmu dunia akhirat.”
2. MENDOAKAN JELEK ATAU KERUSAKAN PADA MAKLUK ALLAH
Jagalah lisanmu dari mendoakan buruk pada seseorang dari ciptaan Allah, dan bila ada yang menganiaya dirimu, maka serahkan persoalannya pada Allah. Diterangkan dalam hadis bahwa bila orang yang di dzolimi mendoakan kehancuran pada orang yang dzolim, maka Allah akan memikulkan kedzoliman itu padanya, seandainya orang yang mendzolimi memiliki kelebihan pada maka ia akan menuntut kelebihan itu dari yang di dzolimi pada hari kiamat, kelebihan di sini maksudnya amal kebaikan.
Sebagiaan masyarakat memperpanjang lisannya dengan membicarakan keburukan hajjaj ( seorang pemimpin raja islam yang dzolim ) konteks kini bisa presiden. Maka sebagiaan ulama salaf/terdahulu angkatan pertama dari generasi generasi Rosululloh memperlihatkan komentar sebagai berikut : “ sesungguhnya Allah pasti akan menyiksa seseorang di sebabkan menyindir nyindir hajjaj dengan lisannya, sebagai mana Allah akan menyiksa hajjaj di sebabkan orang yang telah di aniaya olehnya. Dalam hadis di jelaskan “ Taatilah pemimpin betapapun berat beban yang kau pikul, selama pemimpin ini masih menjalakan sholat, itu lebih condong pada kebaikan di banding, kondisi peperangan fitnah yang terjadi lantaran perlawanan yang engkau lakukan.
3. MELAKNAT
Awas jangan sekali kali engkau melaknat sesuatu yang di ciptakan Allah, baik hewan, kuliner atau insan langsung dia sendiri ( sekalipun ia kafir, seperi engkau katakan, “ semoga Allah melaknat si Fulan ‘) sedang si Fulan itu yahudi atau nasrani, hal itu sangat pekat dengan belakang layar Allah, siapa tahu ia menjadi islam dan meninggal dunia dalam keadaan muslim ?
Jangan engkau memastikan persaksianmu terhadap spesialis Qiblat islam, bahwa ia Munafik, Musyrik apalagi Kafir......karena yang mengetahui selesai dari belakang layar hidup seseorang hanyalah Allah semata, jangan engkau berani berani mencampuri urusan Allah dengan hambanya, kecuali engkau keponakannya Allah.
Yang kini ini engkau telah islam muslim adakah jaminan di selesai hayatmu nanti engkau masih islam muslim ? nah.....pikirkan itu, ketahuilah bahwa di hari kiamat nanti engkau tidak akan di tanyakan ,” Mengapa engkau tidak mengutuk Fulan, mengapa engkau membisu saja ?, bahkan sekalipun engkau tidak melaknat mengutuk iblispun sepanjang hidupmu dan sekalipun tidak sibuk menyebut nyebut kejahatan iblis, engkau tidak akan di tuntut karenanya.
Tapi yang jelas, bila engkau mengutuk seseorang, engkau akan diminta pertanggungjawaban kelak karenanya. Jangan sekali kali engkau mencaci sesuatu, sungguh Rosulullah tidak pernah mencaci makanan, apalagi mencaci manusia, kalau dia suka, dia makan, dan bila tidak suka dia biarkan tanpa mencacinya. Maka insan di zaman selesai mendekati kiamat ini sibuk mengutuk sana sini, lantas apa hujjahmu nanti di pengadilan alam abadi ?
4. BERTENGKAR BERDEBAT MENANG MENANGAN BICARA
Didalam berdebat bertengkar menang menangan bicara terdapat hal yang menyakitkan bagi lawan bicara dan menganggap kurang berilmu orang lain dan mencelanya serta mengandung maksud secara sembunyi senbunyi memuji diri sendiri lantaran kelebihan kecerdasannya serta ilmunya. Perbuatan itu mengotori kehidupan, lantaran bila engkau bertengkar dengan orang yang ceroboh, maka ia akan menyakitimu dan bila engkau bertengkar dengan orang yanghalim kalem jiwa, maka ia akan murka padamu dan akan mendongkolkan hatinya padamu.
Telah bersabda Rosulullah : Barang siapa meninggalkan pertengkaran sedangkan ia salah, maka akan di bangunkan rumah untuknya di sorga dan bila ia meninggalkan pertengkaran padahal ia benar maka Allah membangunkan rumah di sorga yang tinggi.
Justru lantaran itu, jangan engkau diperdaya oleh syetan dengan perkataannya, “ Ayo tunjukan kebenaranmu, jangan lemah dalam hal itu “ Karena syetan selamanya akan menyeret orang yang Tolol pada keburukan dengan jerat kebaikan. Jangan engkau mau menjadi materi tertawaan syetan, maka engkau akan hina harga dirimu.
Menunjukan kebenaran itu baik bagi orang yang sanggup mendapatkan kebenaran itu darimu, akan tetapi hal tersebut dengan jalan nasihat ditempat sepi atau dengan cara yang lemah lembut bukan dengan cara bertengkar apalagi menuding nuding menunjuk nunjuk kesalahannya. Nasehat itu da corak ada cara tersendiri yang membutuhkan pada kehalusan kelemahlembutan ketelatenan, lantaran bila kau tujuk tunjuk kesalahan kemudian kau hakimi kafir, maka niat awalmu untuk menasehati perlu di pertanyakan kejujurannya, lantaran kerusakannya akan lebih banyak dari kebaikannya.
Siapa saja yang berkecimpung dengan cendikia ulama masa kini kiamat ini, maka ia akan di landa oleh sopan santun suka bertengkar dan berdebat dan sulit ia berdiam bila ia di pertemukan dengan ulama su’u buruk, lantaran pertengkaran dan perdebatan memang merupakan kelebihan dan ciri khas, mereka gembira dengan kemampuaan mengungkap lebih jauh suatu permasalahan, maka larilah engkau darinya ibarat larimu di kejar singa
Camkanlah bahwa sesungguhnya pertengkaran itu mengakibatkan kemurkaan Allah.
5. MENSUCI SUCIKAN DIRI SENDIRI
Allah swt telah berfirman : Janganlah kau sekaliaan mensuci sucikan dirimu sendiri, maka Allah lebih mengetahui pada orang yang bertakwa.
Pernah di tanyakan pada sebagiaan hukama perihal apakah kebenaran yang buruk ? ia menjawab : memujinya seseorang pada dirinya sendiri. Maka jagalah dirimu dari membiasakan hal tersebut, dan hendaknya engkau ketahui bahwa perbuatan itu yaitu mengurangi nilaimu di hadapan orang banyak dan menimbulkan kemurkaan Allah bagimu. Kalau engkau ingin mengambarkan pujiaanmu pada diri sendiri justru tidak menambah nilaimu di hadapan orang lain, maka perhatikan temanmu di kala ia memuji muji dirinya sendiri dengan suatu kelebihan dan kedudukan dan kekayaan, kemudian bagaimana tanggapan hatimu terhadap itu semua dan apa reaksimu. Tentu engkau keberatan dan tentu engkau mencemoohkan bila temanmu pergi darimu. Maka sadarilah bahwa mereka orang lain juga demikiaan bila engkau berbuat yang sama, hati mereka mencelamu, dan mereka melahirkan reaksi itu dengan lisan mereka bila engkau berpisah dengannya.
6. MENYALAHI JANJI
Hati hatilah engkau dari berjanji tapi engkau tidak sanggup memenuhinya, sebaiknya engkau berbuat baik pada orang lain dengan perbuatan, tanpa akad yang muluk muluk. Kalau sangat terpaksa engkau harus berjanji, maka jagalah jangan engkau menyalahi akad itu kecuali lantaran di luar kemampuaan atau lantaran terpaksa, lantaran suka menyalahi akad itu termasuk tanda tanda kemunafikan dan tanda buruknya kebijaksanaan pekerti.
Nabi Muhammad saw bersabda : Ada 3 perkara, barang siapa terdapat padanya salah satu dari 3 kasus itu maka orang itu yaitu munafik, sekalipun berpuasa dan sholat yaitu : bila berbicara dusta, bila berjanji tidak menepati, bila di percaya berkhianat.
7. DUSTA
Jagalah lisanmu dari berdusta, dalam bersungguh sungguh maupun bergurau. Jangan biasakan lisanmu berdusta dalam bergurau, maka kemudian menarik kebiasaan itu dalam hal yang sungguh sungguh.
Dusta termasuk dari induknya dosa dosa besar, bilamana engkau di kenal dengan sering berdusta, maka gugur keadilanmu serta hilang kepercayaan darimu, pembicaraanmu tidak bisa di buat pegangan, semua memandangmu remeh dan mengejek. Kalau engkau ingin mengetahui keburukan dari dusta dirimu, maka perhatikan kedustaan orang lain padamu, bagaimana engkau tidak menyukainya dan mengejekmu pada sahabat sahabat yang berdusta., maka demikiaan juga bila engkau berdusta. Demikiaan juga pada kelakuaan buruk yang lain. Memang engkau tidak mencicipi keburukan serta tidak akan mengetahui malu dirimu, tetapi engkau akan mengetahui dari orang lain. Apa yang kau anggap tidak baik perbuatan buruk dari orang lain, maka demikiaan pula orang lain padamu. Justru engkau jangan rela dengan perbuatan tidak baik itu dilakukan dirimu.
8. BERGHAIBAH
Maka peliharalah mulutmu dari berghaibah, sedang ghaibah itu lebih besar siksanya dari 30 perzinahan dalam islam, demikiaan di terangkan dalam hadis. Adapaun arti dari ghaibah yaitu membicarakan orang lain, andaikan orang yang di bicarakan itu mendengar dia tidak senang, maka engkau termasuk orang yang berghaibah dan aniaya sekalipun engkau benar.
Hindarilah berghaibah ibarat caranya orang membaca Quran yang riya/ingin di puji orang, yaitu berghaibah dengan tidak terang terangan, maksudnya berghaibah seseorang tapi dengan cara seolah olah mendoakan atau menyatakan kasihan, contohnya engkau mengatakan “ Semoga Allah sanggup memperbaiki dia, lantaran saya merasa tidak yummy dan ikut susah apa yang terjadi padanya, maka dari itu mari kita mohon pada Allah, gampang mudahan Allah memperbaiki kita dan dia.
Cara demikiaan berarti sekaligus mengandung 2 kejelekan :
a. Berghaibah bila sanggup dimengerti maksud bekerjsama oleh orang yang di ajak bicara.
b. Mensucikan diri dan memuji dirinya sendiri, dengan merasa dirinya tidak melaksanakan hal yang tidak baik itu dan merasa bersih.
Kalau memang maksudmu dengan kata kata “ Semoga Allah memperbaiki dia “ itu benar benar doa, maka doakanlah dia di kawasan sepi atau dengan cara yang samar, jangan di muka orang. Sebab dengan anda menampakan kesusahanya di muka orang lain karenanya, berarti anda membuka cacatnya dia.
Cukuplah buat kita untuk menghindarkan diri dari berghaibah dengan firman Allah yang berbunyi : “ Janganlah saling berghaibah sebagiaan kau sekaliaan pada sebagiaan lain, adakah bahagia salah seorang dari kau sekaliaan memakan daging saudaranya, padahal menjadi bangkai, maka tidak suka kau sekaliaan hal itu “
Allah menyerupakan berghaibah dengan memakan daging bangkai saudaranya, maka alangkah pentingnya engkau perhatikan untuk menghindarinya dari berghaibah dan Allah mencegahmu dari bergghaibah terhadap orang islam.
Bila problem ini engkau pikir betul betul engkau akan menyadari. Cobalah engkau lihat dirimu sendiri, apakah engkau punya cacat lahir atau batin, adakah engkau pernah bermuat maksyiat baik sembunyi atau terang terangan, maka bila engkau mengetahui hal itu, maka ketahuilah bahwa kelemahan orang lain dari membersihkan dari cacat itu ibarat juga kelemahanmu, alasanya sama dengan alasanmu.
Seperti halnya engkau tidak suka terbuka aibmu, dia juga tidak senang, justru itu bila engkau sanggup menutupi, maka Allah akan menutupi padamu, namun bila suka membuka malu orang lain, maka Allah membetotmu dengan pengecap lidah besi membara yang tajam yang akan merobek robek kehormatanmu di dunia, kemudiaan Allah akan membuka aibmu di alam abadi di hadapan semua mahkluk di hari kiyamat.
Kemudiaan bila engkau telah memperhatikan lahirmu dan batinmu, ternyata engkau tidak menemukan keanehan serta kekurangan baik dalam urusan dunia maupun agama, maka ketahuilah bahwa ketidaktahuaanmu terhadap malu sendiri yaitu paling jeleknya segala macam KETOLOLAN, padahal tak ada malu yang lebih besar dari TOLOL RUSAK AKAL.
Jika Allah menghendaki kebaikanmu pasti Allah akan memperlihatkan padamu malu aib dirimu, maka pandanganmu pada dirimu dengan pandangan puas yaitu merupakan puncak dari KEKERDILAN pikiranmu dan kebodohan.
Jika ternyata prasangkamu akan dirimu benar, maka bersyukurlah pada Allah, jangan kau rusak hal itu dengan jalan mencaci caci orang lain dan gembar gembor menjelek jelekkan mereka, lantaran hal itu termasuk cela yang besar.
Disarikan dari kitab Bidayatul Hidayah karangan Hujjatul Islam Zainuddin Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Al Ghazali
\m/
kipdefayer
Gusti mboten pekok
pertaniankoq.blogspot.com
Tindakanmu ngeTag web, blog, isu dari dunia maya , ngeshare ke mana mana, berisi kabar isu menghasud, menjelekan , mencaci maki, menghukumi kafir musyrik sudah termasuk dalam kategori berghaibah, apalagi kalau hingga menghakimi seseorang keluar dari islam, apalagi bila tidak dilakukan proses cek dan ricek kebenaran isu tersebut maka engkau termasuk dalam kelompok Sang Penebar Fitnah.
1. MENGEJEK DAN MENGHINA
Mengejek dan menghina orang lain merupakan permulaan dari pertengkaran, kemarahan dan putusnya kekerabatan persahabatan. Jika ada orang yang mengolok olok orang lain , maka sebaiknya jangan di layani dan pergilah dari kelompok mereka atau pembicaraan beralih pada tema lain. Jadilah dirimu bila bertemu dengan pembicaraan kosong, mereka berlalu meninggalkannya dengan penuh kemuliaan demi menghargai dirinya sendiri dari tindakan merendahkan kebijaksanaan pekerti lantaran saling mengejek dan menghina antar sesama manusia.
Tiada sanggup menolong dirimu akan hal itu selain uzlah memisahkan diri atau selalu berdiam kecuali sangat perlu. Abu Bakar sendiri berusaha untuk tidak berbicara kecuali sangat di perlukan dengan jalan memasukan kerikil dalam mulutnya seraya berkata, “ Lidah lisan mendatangkan padaku kemuliaan, maka peliharalah lisanmu, lantaran lisan pengecap sanggup juga mendatangkan kecelakaanmu kesengsaraanmu dunia akhirat.”
2. MENDOAKAN JELEK ATAU KERUSAKAN PADA MAKLUK ALLAH
Jagalah lisanmu dari mendoakan buruk pada seseorang dari ciptaan Allah, dan bila ada yang menganiaya dirimu, maka serahkan persoalannya pada Allah. Diterangkan dalam hadis bahwa bila orang yang di dzolimi mendoakan kehancuran pada orang yang dzolim, maka Allah akan memikulkan kedzoliman itu padanya, seandainya orang yang mendzolimi memiliki kelebihan pada maka ia akan menuntut kelebihan itu dari yang di dzolimi pada hari kiamat, kelebihan di sini maksudnya amal kebaikan.
Sebagiaan masyarakat memperpanjang lisannya dengan membicarakan keburukan hajjaj ( seorang pemimpin raja islam yang dzolim ) konteks kini bisa presiden. Maka sebagiaan ulama salaf/terdahulu angkatan pertama dari generasi generasi Rosululloh memperlihatkan komentar sebagai berikut : “ sesungguhnya Allah pasti akan menyiksa seseorang di sebabkan menyindir nyindir hajjaj dengan lisannya, sebagai mana Allah akan menyiksa hajjaj di sebabkan orang yang telah di aniaya olehnya. Dalam hadis di jelaskan “ Taatilah pemimpin betapapun berat beban yang kau pikul, selama pemimpin ini masih menjalakan sholat, itu lebih condong pada kebaikan di banding, kondisi peperangan fitnah yang terjadi lantaran perlawanan yang engkau lakukan.
3. MELAKNAT
Awas jangan sekali kali engkau melaknat sesuatu yang di ciptakan Allah, baik hewan, kuliner atau insan langsung dia sendiri ( sekalipun ia kafir, seperi engkau katakan, “ semoga Allah melaknat si Fulan ‘) sedang si Fulan itu yahudi atau nasrani, hal itu sangat pekat dengan belakang layar Allah, siapa tahu ia menjadi islam dan meninggal dunia dalam keadaan muslim ?
Jangan engkau memastikan persaksianmu terhadap spesialis Qiblat islam, bahwa ia Munafik, Musyrik apalagi Kafir......karena yang mengetahui selesai dari belakang layar hidup seseorang hanyalah Allah semata, jangan engkau berani berani mencampuri urusan Allah dengan hambanya, kecuali engkau keponakannya Allah.
Yang kini ini engkau telah islam muslim adakah jaminan di selesai hayatmu nanti engkau masih islam muslim ? nah.....pikirkan itu, ketahuilah bahwa di hari kiamat nanti engkau tidak akan di tanyakan ,” Mengapa engkau tidak mengutuk Fulan, mengapa engkau membisu saja ?, bahkan sekalipun engkau tidak melaknat mengutuk iblispun sepanjang hidupmu dan sekalipun tidak sibuk menyebut nyebut kejahatan iblis, engkau tidak akan di tuntut karenanya.
Tapi yang jelas, bila engkau mengutuk seseorang, engkau akan diminta pertanggungjawaban kelak karenanya. Jangan sekali kali engkau mencaci sesuatu, sungguh Rosulullah tidak pernah mencaci makanan, apalagi mencaci manusia, kalau dia suka, dia makan, dan bila tidak suka dia biarkan tanpa mencacinya. Maka insan di zaman selesai mendekati kiamat ini sibuk mengutuk sana sini, lantas apa hujjahmu nanti di pengadilan alam abadi ?
4. BERTENGKAR BERDEBAT MENANG MENANGAN BICARA
Didalam berdebat bertengkar menang menangan bicara terdapat hal yang menyakitkan bagi lawan bicara dan menganggap kurang berilmu orang lain dan mencelanya serta mengandung maksud secara sembunyi senbunyi memuji diri sendiri lantaran kelebihan kecerdasannya serta ilmunya. Perbuatan itu mengotori kehidupan, lantaran bila engkau bertengkar dengan orang yang ceroboh, maka ia akan menyakitimu dan bila engkau bertengkar dengan orang yanghalim kalem jiwa, maka ia akan murka padamu dan akan mendongkolkan hatinya padamu.
Telah bersabda Rosulullah : Barang siapa meninggalkan pertengkaran sedangkan ia salah, maka akan di bangunkan rumah untuknya di sorga dan bila ia meninggalkan pertengkaran padahal ia benar maka Allah membangunkan rumah di sorga yang tinggi.
Justru lantaran itu, jangan engkau diperdaya oleh syetan dengan perkataannya, “ Ayo tunjukan kebenaranmu, jangan lemah dalam hal itu “ Karena syetan selamanya akan menyeret orang yang Tolol pada keburukan dengan jerat kebaikan. Jangan engkau mau menjadi materi tertawaan syetan, maka engkau akan hina harga dirimu.
Menunjukan kebenaran itu baik bagi orang yang sanggup mendapatkan kebenaran itu darimu, akan tetapi hal tersebut dengan jalan nasihat ditempat sepi atau dengan cara yang lemah lembut bukan dengan cara bertengkar apalagi menuding nuding menunjuk nunjuk kesalahannya. Nasehat itu da corak ada cara tersendiri yang membutuhkan pada kehalusan kelemahlembutan ketelatenan, lantaran bila kau tujuk tunjuk kesalahan kemudian kau hakimi kafir, maka niat awalmu untuk menasehati perlu di pertanyakan kejujurannya, lantaran kerusakannya akan lebih banyak dari kebaikannya.
Siapa saja yang berkecimpung dengan cendikia ulama masa kini kiamat ini, maka ia akan di landa oleh sopan santun suka bertengkar dan berdebat dan sulit ia berdiam bila ia di pertemukan dengan ulama su’u buruk, lantaran pertengkaran dan perdebatan memang merupakan kelebihan dan ciri khas, mereka gembira dengan kemampuaan mengungkap lebih jauh suatu permasalahan, maka larilah engkau darinya ibarat larimu di kejar singa
Camkanlah bahwa sesungguhnya pertengkaran itu mengakibatkan kemurkaan Allah.
5. MENSUCI SUCIKAN DIRI SENDIRI
Allah swt telah berfirman : Janganlah kau sekaliaan mensuci sucikan dirimu sendiri, maka Allah lebih mengetahui pada orang yang bertakwa.
Pernah di tanyakan pada sebagiaan hukama perihal apakah kebenaran yang buruk ? ia menjawab : memujinya seseorang pada dirinya sendiri. Maka jagalah dirimu dari membiasakan hal tersebut, dan hendaknya engkau ketahui bahwa perbuatan itu yaitu mengurangi nilaimu di hadapan orang banyak dan menimbulkan kemurkaan Allah bagimu. Kalau engkau ingin mengambarkan pujiaanmu pada diri sendiri justru tidak menambah nilaimu di hadapan orang lain, maka perhatikan temanmu di kala ia memuji muji dirinya sendiri dengan suatu kelebihan dan kedudukan dan kekayaan, kemudian bagaimana tanggapan hatimu terhadap itu semua dan apa reaksimu. Tentu engkau keberatan dan tentu engkau mencemoohkan bila temanmu pergi darimu. Maka sadarilah bahwa mereka orang lain juga demikiaan bila engkau berbuat yang sama, hati mereka mencelamu, dan mereka melahirkan reaksi itu dengan lisan mereka bila engkau berpisah dengannya.
6. MENYALAHI JANJI
Hati hatilah engkau dari berjanji tapi engkau tidak sanggup memenuhinya, sebaiknya engkau berbuat baik pada orang lain dengan perbuatan, tanpa akad yang muluk muluk. Kalau sangat terpaksa engkau harus berjanji, maka jagalah jangan engkau menyalahi akad itu kecuali lantaran di luar kemampuaan atau lantaran terpaksa, lantaran suka menyalahi akad itu termasuk tanda tanda kemunafikan dan tanda buruknya kebijaksanaan pekerti.
Nabi Muhammad saw bersabda : Ada 3 perkara, barang siapa terdapat padanya salah satu dari 3 kasus itu maka orang itu yaitu munafik, sekalipun berpuasa dan sholat yaitu : bila berbicara dusta, bila berjanji tidak menepati, bila di percaya berkhianat.
7. DUSTA
Jagalah lisanmu dari berdusta, dalam bersungguh sungguh maupun bergurau. Jangan biasakan lisanmu berdusta dalam bergurau, maka kemudian menarik kebiasaan itu dalam hal yang sungguh sungguh.
Dusta termasuk dari induknya dosa dosa besar, bilamana engkau di kenal dengan sering berdusta, maka gugur keadilanmu serta hilang kepercayaan darimu, pembicaraanmu tidak bisa di buat pegangan, semua memandangmu remeh dan mengejek. Kalau engkau ingin mengetahui keburukan dari dusta dirimu, maka perhatikan kedustaan orang lain padamu, bagaimana engkau tidak menyukainya dan mengejekmu pada sahabat sahabat yang berdusta., maka demikiaan juga bila engkau berdusta. Demikiaan juga pada kelakuaan buruk yang lain. Memang engkau tidak mencicipi keburukan serta tidak akan mengetahui malu dirimu, tetapi engkau akan mengetahui dari orang lain. Apa yang kau anggap tidak baik perbuatan buruk dari orang lain, maka demikiaan pula orang lain padamu. Justru engkau jangan rela dengan perbuatan tidak baik itu dilakukan dirimu.
8. BERGHAIBAH
Maka peliharalah mulutmu dari berghaibah, sedang ghaibah itu lebih besar siksanya dari 30 perzinahan dalam islam, demikiaan di terangkan dalam hadis. Adapaun arti dari ghaibah yaitu membicarakan orang lain, andaikan orang yang di bicarakan itu mendengar dia tidak senang, maka engkau termasuk orang yang berghaibah dan aniaya sekalipun engkau benar.
Hindarilah berghaibah ibarat caranya orang membaca Quran yang riya/ingin di puji orang, yaitu berghaibah dengan tidak terang terangan, maksudnya berghaibah seseorang tapi dengan cara seolah olah mendoakan atau menyatakan kasihan, contohnya engkau mengatakan “ Semoga Allah sanggup memperbaiki dia, lantaran saya merasa tidak yummy dan ikut susah apa yang terjadi padanya, maka dari itu mari kita mohon pada Allah, gampang mudahan Allah memperbaiki kita dan dia.
Cara demikiaan berarti sekaligus mengandung 2 kejelekan :
a. Berghaibah bila sanggup dimengerti maksud bekerjsama oleh orang yang di ajak bicara.
b. Mensucikan diri dan memuji dirinya sendiri, dengan merasa dirinya tidak melaksanakan hal yang tidak baik itu dan merasa bersih.
Kalau memang maksudmu dengan kata kata “ Semoga Allah memperbaiki dia “ itu benar benar doa, maka doakanlah dia di kawasan sepi atau dengan cara yang samar, jangan di muka orang. Sebab dengan anda menampakan kesusahanya di muka orang lain karenanya, berarti anda membuka cacatnya dia.
Cukuplah buat kita untuk menghindarkan diri dari berghaibah dengan firman Allah yang berbunyi : “ Janganlah saling berghaibah sebagiaan kau sekaliaan pada sebagiaan lain, adakah bahagia salah seorang dari kau sekaliaan memakan daging saudaranya, padahal menjadi bangkai, maka tidak suka kau sekaliaan hal itu “
Allah menyerupakan berghaibah dengan memakan daging bangkai saudaranya, maka alangkah pentingnya engkau perhatikan untuk menghindarinya dari berghaibah dan Allah mencegahmu dari bergghaibah terhadap orang islam.
Bila problem ini engkau pikir betul betul engkau akan menyadari. Cobalah engkau lihat dirimu sendiri, apakah engkau punya cacat lahir atau batin, adakah engkau pernah bermuat maksyiat baik sembunyi atau terang terangan, maka bila engkau mengetahui hal itu, maka ketahuilah bahwa kelemahan orang lain dari membersihkan dari cacat itu ibarat juga kelemahanmu, alasanya sama dengan alasanmu.
Seperti halnya engkau tidak suka terbuka aibmu, dia juga tidak senang, justru itu bila engkau sanggup menutupi, maka Allah akan menutupi padamu, namun bila suka membuka malu orang lain, maka Allah membetotmu dengan pengecap lidah besi membara yang tajam yang akan merobek robek kehormatanmu di dunia, kemudiaan Allah akan membuka aibmu di alam abadi di hadapan semua mahkluk di hari kiyamat.
Kemudiaan bila engkau telah memperhatikan lahirmu dan batinmu, ternyata engkau tidak menemukan keanehan serta kekurangan baik dalam urusan dunia maupun agama, maka ketahuilah bahwa ketidaktahuaanmu terhadap malu sendiri yaitu paling jeleknya segala macam KETOLOLAN, padahal tak ada malu yang lebih besar dari TOLOL RUSAK AKAL.
Jika Allah menghendaki kebaikanmu pasti Allah akan memperlihatkan padamu malu aib dirimu, maka pandanganmu pada dirimu dengan pandangan puas yaitu merupakan puncak dari KEKERDILAN pikiranmu dan kebodohan.
Jika ternyata prasangkamu akan dirimu benar, maka bersyukurlah pada Allah, jangan kau rusak hal itu dengan jalan mencaci caci orang lain dan gembar gembor menjelek jelekkan mereka, lantaran hal itu termasuk cela yang besar.
Disarikan dari kitab Bidayatul Hidayah karangan Hujjatul Islam Zainuddin Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Al Ghazali
\m/
kipdefayer
Gusti mboten pekok
pertaniankoq.blogspot.com
Tindakanmu ngeTag web, blog, isu dari dunia maya , ngeshare ke mana mana, berisi kabar isu menghasud, menjelekan , mencaci maki, menghukumi kafir musyrik sudah termasuk dalam kategori berghaibah, apalagi kalau hingga menghakimi seseorang keluar dari islam, apalagi bila tidak dilakukan proses cek dan ricek kebenaran isu tersebut maka engkau termasuk dalam kelompok Sang Penebar Fitnah.