Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Manajemen Pakan Pada Budidaya Ikan Lele

 Pembudidaya ikan lele terkadang dalam pinjaman pakan terkadang tidak mengindahkan tentan MANAJEMEN PAKAN PADA BUDIDAYA IKAN LELE
Manajemen Pakan Budidaya Ikan Lele
Manajemen Pakan Budidaya Ikan Lele - Pembudidaya ikan lele terkadang dalam pinjaman pakan terkadang tidak mengindahkan perihal pakan lele yang efektif dan effisien. 

Efektif dimana pakan yang di berikan bisa di makan ikan dan effesien dalam hal pembiayan modal pembelian pakan. 

Pada Prakteknya  yang sering ditemui di antara petani atau pembudidaya ikan lele ialah memberi makan lelenya hingga kenyang bahkan terkadang pakan tersebut terbuang sia sia alasannya ialah sudah tak di makan oleh ikan lele. 

Para pembudidaya ikan lele berfikiran atau ber perkiraan bahwa semakin banyak lele makan maka semakin cepat dan besar pula lele yang dihasilkan.  Dan Pembudidaya ikan bisa cepat Panen

Pikiran Semakin besar lele, maka akan semakin cepat panen,  kenyataannya tidak ibarat itu. Justru berlebihan memberi pakan akan menciptakan pembudidaya ikan lele gulung tikar atau merugi. 


MANAJEMEN PAKAN PADA BUDIDAYA IKAN LELE


Tim Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Forum Komunikasi Mina Pantura di Jateng, membandingkan lele yang diberi makan sekitar 80% dari daya kenyang lele dengan lele yang diberi makan sekenyangnya.lele yang kekenyangan cenderung berdiam menggantung di permukaan air sehingga gampang diserang benalu dan bakteri.

Jika terjadi kondisi yang mengejutkan, ibarat riak air secara tiba-tiba, ikan yang lambungnya penuh akan gampang memuntahkan kembali pakan yang telah dimakannya. Pakan tersebut secara tidak pribadi akan menjadi amoniak. 

Dan akan menjadi racun pada ikan lele. Timbunan limbah ini akan menjadikan habitat ikan memburuk, ibarat air berbusa, berwarna abnormal, dan sebagainya. Habitat Ikan lele yang rusak akan mengganggu perkembangan ikan lele

Ternyata, Perkembangan Ikan Lele lebih cepat besar yang 80% kenyang. Ketika makan 80%, sistem pencernaan lele punya waktu untuk menghasilkan enzim pemecah protein, karbohidrat, dan lemak . Dan Pakan Yang sudah di makan tidak dikeluarkan kembali alasannya ialah kekenyangan.

Protein yang dimanfaatkan lele pun tidak seluruhnya, tetapi hanya sekitar 30% dari kadar unsur C (karbon), N (nitrogen), dan P (fosfor). Proten tersebut di manfaatkan untuk menciptakan badan ikan lele bertambah besar secara berlahan bukan sistem pencernaan dan lambung yang membesar tanggapan kekenyangan.

Sisanya Protein dan zat yang lainnya akan terbuang lewat ekskresi dan feses. Makara resiko akan menjadi racun sudah terurai dalam sistem pencernaan ikan lele.

Selain itu, dengan memberi makan sekitar 80% saja, pakan pun bisa dihemat. Jika untuk menghasilkan 1 ton lele dengan metode adlibitum (sekenyangnya) butuh 1 ton pakan, maka jikalau kita menerapkan metode 80%, maka hanya dibutuhkan 8 kuintal saja untuk mencapai berat yang sama. 

Pakan yang terbuang pun selain mencemari media perairan, juga menimbulkan kerugian finansial. Bila setiap hari pakan terbuang sebanyak 10 kg, maka dengan harga pakan Rp 8000/kg, potensi kerugiannya Rp 80.000/hari. Dalam hitungan bulan, kerugiannya akan terasa cukup besar.

Oleh alasannya ialah itu, administrasi pakan lele penting untuk diperhatikan. Selain menghemat dengan metode 80%, lele juga dianjurkan puasa sehari dalam seminggu. Tujuannya untuk detoks sistem pencernaan dan memberi waktu untuk pergantian sel-sel organ pencernaan sehingga lebih sehat. 

Tidak hanya itu, puasa lele juga bisa mengurangi amis pelet pada malam hari dan memberi waktu bagi organisme di kolam untuk mengurai limbah organik. Sebetulnya, lele tidak 100% puasa. Ketika lele “berpuasa” pakan yang diberi manusia, lele akan tetap memanfaatkan pakan alami berupa flok berupa plankton yang ada di dalam kolam.

Pada dasarnya, pinjaman pakan terprogram lebih baik daripada pinjaman pakan hingga kenyang (dan jarang-jarang). Selain menjadikan ikan lebih sehat, kualitas air lebih bersih, FCR juga menjadi lebih baik.