Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ayam Kresing Super Petelur Silangan Unggul In Trobos


01 December 2011
Ayam Kressing Super, Petelur Silangan Unggul
Produksi telur rata-rata di atas 60% dan mencapai 80–90% pada puncak produksi yang bertahan selama 8-10 minggu
 pada puncak produksi yang bertahan selama  AYAM KRESING SUPER PETELUR SILANGAN UNGGUL IN TROBOSNama ayam kressing tidak seterkenal ayam arab, padahal merunut sejarahnya ayam kressing bergotong-royong jauh lebih dulu eksis di wilayah Karangdowo yang merupakan perbatasan Kabupaten Klaten dan KabupatenSukoharjoJawa Tengah. Performa produksi ayam  bergenetik gado-gado ini pun tak kalah dengan ayam arab yang bergenetik murni.
Merunut eksistensi ayam kressing ini di dunia maya, TROBOS berkenalan dengan Betha Sutrisno, peternak dan pembibit ayam kressing super/neo-kressing/ayam kressing generasi kedua. Hingga tamat September lalu, TROBOSmenyambangi peternakannya di kampung Banaran – Karangdowo.
Menurut Betha, ayam kressing  murni berciri berbulu mayoritas putih, ekor lancur tinggi, kaki dan paruh berwarna kuning. Bobot sampaumur ayam kressing betina 1 kg – 1,2 kg, sedangkan pejantan sanggup mencapai 1,5 kg. Berat telur berkisar 30 – 35 gram berwarna putih tengguli (mirip telur ayam kampung).
Ayam kressing merupakan persilangan antara ayam petelur komersil strain hyline (warna bulu dan warna telur putih kapas) dengan pejantan ayam kampung. Keturunan persilangan ini dikawinkan dengan ayam kate sehingga dihasilkan ayam kressing generasi pertama. Sebagai catatan, layer(ayam petelur)komersil strain hyline diintroduksi di Indonesia pada dekade 70-an, namun tidak berkembang alasannya ialah telur komersil berwarna putih tidak disukai konsumen.
Pada 2005-2007, kata Betha, popularitas ayam kressing turun alasannya ialah terjadi penurunan performans tanggapan inbreeding (perkawinan sedarah) yang tak terkendali. “Saat itu ayam kressing mulai bertelur pada umur 6 – 7 bulan dan produksi telur rata-rata di bawah 50% dengan puncak produksi tidak hingga 60%,” terang  alumni Akademi Peternakan Brahmaputera-Jogjakarta ini.
Pada 2007 itulah, Betha merasa terpanggil untuk menyelamatkan ayam kressing dengan memurnikan ayam kressing hingga muncul kembali ciri ayam kressing murni. Setelah itu, ia memasukkan genetik ayam arab untuk diambil sifat efisiensi pakan dan menurunkan munculnya probabilitas sifat mengeram. “Jadilah ayam kressing super ibarat kini ini,” katanya bangga.
Kressing Super
Ayam kressing super/neo kressing sedikit berbeda dengan ayam kressing generasi awal yang telah mengalami penurunan kualitas genetik. Ayam kressing super mempunyai warna bulu 80% cenderung putih,danvariasi 20% warna coklat, hitam, blirik, merah. Sedangkan warna telur masih sama, putih hingga putih tengguli dengan bobot 30 – 35 gramperbutir (bandingkan dengan telur ayam ras yang berkisar 50 -62 gramperbutir).
Konsumsi pakan rata-rata 70 gram/ekor/hari. Ayam ini tidak mengecewakan sensitif terhadap kejutan berupa bunyi atau gerakan. Kejutan  sanggup mengakibatkan ayam stres/gaduh dan jikalau berulang terjadi berisiko menurunkan produksi telur.
Ayam hasil pemurnian dan persilangan selama 3 tahun ini mulai bertelur pada umur 4,5 bulan atau pada ahad ke-18, dan sanggup produktif hingga umur 2 tahun dihitung semenjak DOC(Day Old Chick/ayam umur sehari). Sehingga ayam ini mempunyai umur produktif selama 19,5 bulan. Peak productionatau puncak produksi telur dicapai pada ahad 25-35 dengan nilai HDA (Hen Day Average) 80–90% dari total populasi.
Setelah itu produksi menurun, hingga mencapai angka stabil 60%. Produksi mulai menurun dari angka 60% pada umur 18 bulan, hingga tinggal 45% pada bulan ke-24. Menurut Betha, banyak orang menyangkal ayam kressing sanggup berproduksi 80–90%. Sebab berdasarkan pengalaman ayam ini hanya sanggup berproduksi 40–50%. “Memang betul begitu, tapi itu ayam kressing generasi lama, niscaya bukan kressing supernya Betha,” tegasnya berapi-api.
Selengkapnya baca majalah Trobos edisi Desember 2011