Teknik Budidaya Kangkung Di Lahan Tegalan
Kangkung ialah tumbuhan dalam keluarga Convolvulaceae yang biasa dibudidayakan untuk diambil pecahan daun dan batang mudanya. Ada banyak olahan masakan enak yang terbuat dari materi dasar berupa kangkung. Beberapa sajian yang populer ialah cah kangkung, plecing kangkung, dan kangkung terasi.
Para petani di Indonesia biasanya membudidayakan 2 jenis kangkung untuk dipelihara, yaitu kangkung darat (Ipomea reptans) dan kangkung air (Ipomea aquatica). Ciri-ciri kangkung darat ialah daunnya berbentuk mata panah, bertekstur licin, lebih lunak, dan berukuran 10-15 cm. Batangnya berongga, tumbuh secara tegak, dan berwarna hijau keputih-putihan. Sedangkan untuk pecahan bunganya berwarna putih bersih.
Sementara itu, kangkung air mempunyai daun yang lebih lebar, menyirip tiga, dan bertekstur keras. Kangkung ini tumbuh secara menjalar di atas air dan mempunyai batang lebih besar berwarna hijau gelap. Warna bunganya pun tampak putih kemerah-merahan.
Dari kedua jenis kangkung di atas, ajakan pasar akan kangkung darat lebih tinggi dibandingkan dengan kangkung air. Hal ini dikarenakan tekstur dan citarasa kangkung darat ketika sudah dimasak terasa lebih lezat, sebaliknya kangkung air lebih alot, sulit menyerap bumbu, dan kurang sedap. Oleh alasannya ialah itu, umumnya kangkung air juga dimanfaatkan sebagai pakan untuk binatang ternak.
Kangkung dikenal sebagai flora yang gampang ditanam. Budidaya kangkung sanggup dilakukan, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Dengan masa panen yang tergolong cepat dan harga di pasaran yang relatif stabil, mengakibatkan budidaya kangkung sebagai salah satu budidaya yang menjanjikan dan cukup digemari.
Berikut ini panduan membudidayakan kangkung darat di lahan tegalan :
1. Penyediaan Benih Tanaman
Tanaman kangkung sanggup dikembangbiakan melalui biji dan stek batang. Pembudidayaan lewat biji mempunyai kelebihan pada kondisi dan kesehatan tumbuhan yang sanggup terus dipantau, namun masa panennya sedikit lebih lama. Sementara itu, masa panen kangkung yang dipelihara dengan stek batang lebih cepat, tetapi kualitasnya lebih rendah.
Saat ini, biji kangkung sudah banyak dijual di toko pertanian. Untuk mempermudah pemeliharaan, pilihlah varietas kangkung unggulan menyerupai kangkung sutra, kangkung aini, kangkung K-88, dan lain-lain. Adapun kebutuhan biji kangkung per 1 hektarnya ialah 10 kg.
2. Persiapan Lahan Sama menyerupai sawi sendok/pakcoy, tumbuhan kangkung juga menyukai lahan bertekstur gembur. Lahan perlu dicangkul sedalam 20-30 cm untuk memperhalus struktur tanahnya, sehingga memungkinkan akar tumbuhan sanggup mendapatkan kuliner dengan mudah. Biarkan lahan selama 1-2 untuk menormalkan kembali kondisi tanahnya. Selanjutnya cek kadar pH di lahan tersebut, apabila terlalu rendah/bersifat asam, anda sanggup menunjukkan dolomit sesuai dosis.
Agar tumbuhan sanggup mendapatkan sinar matahari penuh, bedengan dibentuk secara membujur dari barat ke timur. Lebar bedengan berukuran 100 cm dengan tinggi 30 cm dan jarak antar-bedengan sejauh 30 cm. Jangan lupa sediakan juga parit di sekeliling lahan sebagai jalan masuk irigasi untuk mencegah lahan semoga tidak banjir.
Pada tahap awal ini, pupuk yang diperlukan yaitu pupuk sangkar sebanyak 20.000 kg/hektar atau pupuk kompos sebanyak 4 kg/m2. Pupuk diaduk bersama tanah di lahan tersebut semoga tercampur rata sebelum bedengan-bedengan dibuat. Setelah proses pemupukan awal ini dilakukan, tunggu selama 3-4 hari untuk mengembalikan kondisi aerasi lahan.
4. Penanaman Biji Biji kangkung ditanamkan pada bedengan yang telah siap dengan jarak 20x20 cm. Untuk mengantisipasi biji tidak tumbuh sempurna, anda sanggup menanamkan 2-5 biji sekaligus ke dalam masing-masing lubang penanaman. Teknik penanaman biji kangkung ini sanggup dilakukan dengan model garitan maupun zigzag.
5. Perawatan Kangkung Kangkung, termasuk kangkung darat, ialah tumbuhan yang memerlukan air dalam jumlah banyak. Oleh alasannya ialah itu, tumbuhan perlu disiram secara rutin 2 kali sehari, khususnya ketika tidak hujan. Kondisi lahan juga perlu dicek secara terpola untuk memastikannya bebas dari gulma dan tumbuhan pengganggu lainnya.
Pada ketika tumbuhan berusia 10 hari, anda sanggup menunjukkan pupuk starter berupa urea sebanyak 15 gram/m2 atau 150 kg/ha. Agar sumbangan pupuk lebih merata, urea dicampurkan terlebih dulu dengan pupuk organik cair, kemudian disiramkan di samping barisan tanaman. Pemupukan tahap terakhir sanggup dilakukan ketika tumbuhan berusia 2-3 ahad menggunakan pupuk organik cair sebanyak 0,3 ml/m2 atau 3 liter/hektar.
6. Pengendalian Hama dan Penyakit Hama-hama yang menyerang tumbuhan kangkung antara lain Aphis gossypii, ulat grayak, dan kutu daun. Sedangkan penyakit-penyakit yang perlu diwaspadai mencakup karat putih, anyir batang, dan anyir daun. Pemberantasannya dilakukan dengan menggunakan pestisida sesuai tanda-tanda yang muncul. Disarankan menggunakan jenis pestisida yang gampang terurai menyerupai pestisida piretroid sintetik, pestisida nabati, dan pestisida biologi.
7. Pemanenan Kangkung Karena pecahan yang dimanfaatkan dari tumbuhan kangkung ialah daun dan batang mudanya, maka proses budidaya kangkung ini hingga siap panen terbilang cepat. Rata-rata tumbuhan kangkung sanggup dipanen ketika berumur 30-40 hari. Pemanenan dilakukan dengan memotong batang tumbuhan hingga menyisakan pangkal batang berukuran 2 cm di tanah. Teknik ini memungkinkan kangkung sanggup dipanen setiap 7-10 hari sekali.
Sedangkan untuk jenis kangkung cabut, pemanenannya dilakukan dengan mencabut seluruh pecahan tanaman, termasuk akar-akarnya. Hal ini bertujuan semoga kangkung mempunyai daya tahan yang lebih lama. Setelah dikumpulkan sedemikian rupa, kangkung-kangkung yang telah dipanen tersebut harus segera didistribusikan untuk menjaga kesegarannya.